Minggu, Maret 14

Berlarilah, nikmati hidup!

Hei, kali ini aku mengubah kata ganti pertama yang biasanya menggunakan 'gue', sekarang entah mengapa ingin sekali menggantinya menjadi 'aku'. Tau diri deh, wong ndeso nan katro' saking Jowo gini kok berani-beraninya make bahasa gaul gaya-gaya A-GE-JHE (Anak Gaul Jakarta). Yah, tidak penting, lupakan saja. Yang jelas mungkin sewaktu-waktu aku bisa kembali lagi menggunakan 'gue' atau 'saya' atau apapun itu mengikuti kata hatiku saat itu.

Tiba-tiba merasa bahwa hidup itu harus dinikmati, tadi pagi, saat lari pagi ke sebuah taman kota samping sekolah bersama kawan. Setelah berminggu-minggu lamanya dikurung oleh tetek bengek urusan sekolah (berkali-kali try out UN, pra-UN, persiapan tes masuk PTN), aku berlari. Lari yang tak biasa. Aku merasa amat sangat lama tidak berlari. Jasadku mungkin akan berkata -aku bebas!-. Ya, ini yang kukhawatirkan. Aku tak pernah berolahraga. Dalam jangka pendek memang tak akan terlihat perubahan drastis keadaan tubuhku, atau tinggiku yang memendek, atau punggungku yang membungkuk. Tiba-tiba saja saat tua, aku menderita osteophorosis, encok, penyakit orang tua lainnya. Tidak, tidak, aku tidak mau itu terjadi. Jadi tadi pagi aku berlari, dengan pikiran yang berontak 'aku harus olahraga, apapun itu!'

Tidak lebih dari setengah jam, aku berlari. Meski sesekali berhenti, hal yang dulu tak pernah kulakukan. Kau tahu, dulu setiap ku berlari, aku akan berusaha tidak akan berhenti hingga sampai tujuan. Aku selalu berhasil melakukan itu. Aku tahu aku bisa meski mau mati rasanya. Tapi, yang terjadi sekarang tidak. Aku mudah sekali lelah. Tak lebih dari seratus meterpun sudah ngos-ngosan.
Mengapa ini? apa daya tahan tubuhku mengalami penurunan? apa karena aku tak pernah melatihnya?

Mungkin yang terakhir itu masalahnya. Aku tak pernah berlatih T_T. Aku terpengaruh kawan-kawan yang setiap minggu selalu nongkrong di depan komputer living room dan entah mengapa, selalu menonton hal yang sama : Korea.
Kalau boleh kubilang, mereka sudah sakit akut memuja-muja lelaki tampan -oke, kuakui memang tampan- bertigabelas. Menari-nari dengan dahsyatnya. Atau boyband yang satunya lagi, SHINEE, yang sama saja seperti ketigabelas lelaki itu. Jujur, aku pernah terjebak dalam 'pemujaan' mereka berhari-hari. Dimana aku mencoba menghafal nama ketigabelas lelaki itu. Dengan susah payah aku membedakan wajah oriental mereka. Dan sepertinya aku berhasil menghafalnya (aku lupa apa aku berhasil atau tidak). Dan hingga kini, hanya beberapa saja yang masih kuingat seperti kyuhyun, yang menurutku paling ganteng (hehe), atau shiwoon, donghae, hae cul, bla.. bla.. tidak tahulah bagaimana menulis nama mereka (kawan-kawanku akn memrotesnya jika mereka membaca ini). Oh tidak! sudahi saja SUJU-nya.

Tunggu, tambah satu lagi korea-koreaannya, setelah demam boyband, muncul baru demam 'girlband'. Masih seperti lelaki-lelaki itu, para wanita-wanita koreapun tak mau kalah. Kadang aku mengagumi mereka. Tubuh indah, muka rupawan cantik jelita, pintar menari, suara merdu. Tapi aku berpikir, hidup mereka pasti tak indah, dipenuhi tuntutan karir. Menjaga tubuh, membatasi makanan, berlatih menari setiap hari.
Aku bersyukur, tidak menjadi seperti mereka. Terimakasih Allah.

Kali ini benar-benar menyudahi.

Melanjutkan topik sebelumnya. Menikmati hidup, meski sesungguhnya kau dalam banyak masalah. Menikmati hidup, meski kau baru saja dicampakkan seseorang. Jangan, jangan membencinya. Karena kau akan menyesal telah membenci seseorang. Dalam hidupku, aku akan selalu berusaha untuk tidak membuat orang lain marah. Selama tujuh belas tahun ini. Tapi siapa yang tahu kau sedang dibenci seseorang atau tidak. Mungkin aku pernah bersalah, setiap orang pasti pernah. Aku memang tidak lebih baik dari sekian banyak orang baik. Tapi aku berusaha menjadi orang baik, dengan caraku sendiri. Kadang aku menyesal melihat orang lain bisa melakukan sesuatu yang tak bisa kulakukan. Aku membenci diriku sendiri. Mengapa aku tidak? Bahkan aku pernah menyalahkan kedua orang tuaku. Kuanggap mereka salah mendidikku. Mereka tidak mengajarkanku seperti apa yang diajarkan orang tua dari anak-anak gemilang. Sampai sekarang pun perasaan itu sering muncul. Dan ternyata diriku sendirilah yang bisa menenangkan, dari perasaan menyesal. Bahwa aku dilahirkan sudah dalam keadaan terbaikku. Dalam keadaan sempurna. Apapun yang kulakukan adalah hal terbaikku. Karena apapun yang diberikan Tuhan memang yang terbaik. Dan aku menyesal telah menyalahkan kedua orang tuaku. Hingga akhirnya aku merasa bangga telah menjadi diriku yang sebenarnya. Aku berterimakasih kepada orang tuaku juga Allah.

Bersyukurlah, ribuan, jutaan kali kepada Allah, Tuhan pencipta alam.
Bahwa kau adalah orang terbaik yang pernah diciptakan-Nya, apapun itu keadaanmu.


Jadi itu yang kurasakan saat berlari tadi pagi. Lepas, bebas, meski terengah-engah.

Sebenarnya aku tidak begitu mengerti mengenai tulisanku kali ini. Sepertinya tidak terlalu berhubungan dengan topik 'menikmati hidup'. Entahlah, aku selalu bingung dalam menentukan topik. Yang penting aku ingin menulis apa yang aku tulis ini.

Sebagai orang yang awam dalam tulis menulis. Tak masalah bukan??


salam,

tami,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)