Euforia piala dunia
2018 sedang perlahan menuju klimaksnya ketika ada hal lain yang mengalihkan
perhatian dunia: tragedi penyelamatan 12 anak laki-laki dan seorang pelatih
yang terjebak dalam gua.
Awal mula mendengar
berita 13 orang terjebak dalam gua dan kala itu mereka belum ditemukan, saya
turut bersimpati. Mendengar 1000 orang lebih termasuk di dalamnya dari luar
negara Thailand turut serta membantu dalam tim penyelamatan, saya cukup
optimis. Saya masih tidak banyak mencari informasi mengenai kondisi gua, di
mana letak gua, siapa yang terlibat, dan sebagainya. Saya hanya salut karena tim
sudah bekerja keras saling membantu mencari 13 orang yang tentu saja belum
diketahui apakah mereka selamat atau tidak. Hingga akhirnya muncul kabar bahwa
tim telah ditemukan dalam kondisi bernafas, saya bahagia.
Tapi belum.
Suatu sore kabar gugurnya Saman Kunan, salah satu sukarelawan penyelam
yang membantu menyuplai stok oksigen, menampar saya. Beberapa kenyataan semakin
meningkatkan kekhawatiran saya. Bahwa hujan masih akan mengguyur area gua,
bahwa oksigen di dalam chamber tempat
13 orang itu bertahan semakin menipis, bahwa diameter terkecil salah satu
bagian lorong yang harus dilewati hanya 38 cm, bahwa penyelam yang telah
berhasil menemukan penyintas butuh waktu 6 jam berangkat dan 5 jam pergi, bahwa
sebagian dari anak-anak tsb. tidak bisa berenang sama sekali, dan bahwa kemungkinan
terburuknya adalah chamber tempat
mereka bertahan akan tertutup air sepenuhnya jika tidak segera keluar.
Yang pada awalnya pilihan menunggu selama 4 bulan hingga hujan benar-benar
berhenti adalah pilihan paling aman, menjadi tidak relevan sama sekali sehingga
pilihan terbaiknya adalah: anak-anak dan pelatihnya keluar gua dengan
penyelaman yang beresiko tinggi.
My heart beats faster
Mengapa saya begitu
terlarut dalam kisah ini?
Saya sendiri pernah
melakukan kegiatan penelusuran gua. Meskipun rekor terlama saya berada di dalam
gua hanya masuk jam 8 pagi keluar menjelang Isya, saya mencoba berimajinasi
bagaimana rasanya berada di posisi anak-anak tersebut. Walau begitu tidak akan
pernah ada yang merasakannya selain 13 orang tsb. Tidak ada yang mau kejadian
ini terulang kembali bukan?. Terjebak banjir yang untungnya mereka berhasil
menemukan area yang cukup tinggi. Saya mungkin, di posisi mereka, membayangkan
ketika berhasil menempati tanah tinggi akan mencoba tenang dan berpikir positif
bahwa air akan segera surut dalam waktu beberapa jam ke depan selayaknya ketika
mereka masuk ke dalam gua. Tapi hari telah berganti dalam kegelapan, alat
penerangan semakin redup, persediaan makanan habis, badan semakin lemas tanpa
asupan makanan, waktu demi waktu terlalui tanpa kepastian. Buruk, buruk sekali ☹. Saya kira
salah satu faktor yang bisa menguatkan mereka adalah tetap berada dalam satu
grup tanpa berkurang satu orangpun. Saling menenangkan, bahkan konon kabarnya
sang pelatih mengajak bermeditasi untuk menyimpan tenaga.
Fakta bahwa kondisi
pencarian yang begitu sulit, tidak hanya harus menelusur gua, tapi juga menyelam
di dalam gua lalu cara apa lagi yang bisa ditempuh dalam misi penyelamatan
kalau bukan memanggil tim ahlinya?. British Cave Rescue Council (BCRC) saya
kira masuk dalam daftar utama tim yang dipastikan akan membantu banyak.
Reputasi mereka dalam penyelamatan kecelakaan gua internasional sungguh baik.
Terutama lagi kabarnya mereka memiliki penyelam gua terbaik sedunia. Meskipun dalam
laman Facebooknya BCRA tidak menyebutkan nama penyelam gua tersebut demi
menjaga privasi, media telah menyebarluaskan foto dan nama dua sosok penyelamat
tersebut: Richard Stanton dan John Volanthen.
Cave diving adalah salah satu jenis kegiatan ekstrim yang paling mematikan di dunia.
Resikonya sungguh tinggi. Kegiatan penelusuran gua sendiri cukup menantang dan
berbahaya jika tidak dilakukan sesuai prosedur. Penyelaman juga membutuhkan keahlian
khusus serta peralatan yang tidak sederhana. Lalu bayangkan dua olahraga itu
digabung, caving & diving, butuh berkali-kali
lipat keahlian, keterampilan, ketenangan, kelengkapan alat, stamina, dll. Harus
pula melakukan latihan berkali-kali untuk akhirnya menguasai cave diving. Para penyelam yang sangat
ahli di lautan pun belum tentu bisa melakukan cave diving.
Penemuan ketiga belas
anak itu pertama kalinya oleh dua penyelam dari Inggris membuktikan bahwa masih
ada harapan bahkan dalam kondisi yang sulit dan berbahaya sekalipun. Meskipun nyawa
seorang Saman menjadi korban, kerja keras tim semakin solid. Semakin banyak tim
internasional yang bergabung, semakin banyak dukungan dari penjuru dunia,
semakin banyak doa dan harapan yang terpanjat, semakin meningkat pula harapan
akan selamatnya para korban tanpa kurang suatu apapun.
Hal lainnya adalah, para
penyintas adalah anggota klub bola Wild boars. Bertepatan dengan momen piala
dunia membuat kejadian yang menimpa tim speak bola remaja ini semakin menjadi
pusat perhatian. Tak terkecuali presiden FIFA dan para bintang sepak bola.
Kejadian sini, selayaknya marvel, semacam mengumpulkan banyak universe untuk memberi dukungan. Universe dari caving, diving, sepak bola, dan yang lebih menyenangkan saya adalah
bahwa semua orang jadi mendapat informasi mengenai penelusuran gua, kecelakaan
gua, bahkan bagaimana melihat peta gua.
Ohya, tak terkecuali
saya tuliskan di sini seorang Elon Musk, yang akun twitternya saya ikuti beberapa
bulan lalu, juga menjadi bagian dari cerita penyelamatan. Usaha membuat kapsul-selam
ukuran anak-anak patut diapresiasi meski pada akhirnya tim penyelamat tidak menggunakannya.
Mungkin bisa berguna di kemudian hari, tapi sekali lagi tidak ada yang mau
kejadian seperti ini terulang kan? Saya sendiri mendengar Mr. Musk dalam waktu
singkat membantu mencari solusi dengan membuat kapsul tersebut sedikit mempertanyakan.
Has he, or at least his team, ever done
caving? Lalu mendengar bahwa Elon dan tim telah berdiskusi dengan tim
penyelam membuat mereka menjadi lebih relevan untuk melanjutkan misinya. Meski dalam
hati saya tetap bertanya-tanya, bagaimana dengan bebatuan tajam yang akan merusak
tabungnya? bagaimana dengan tim penyelam yang harus mengeluarkan tenaga dua
kali lipat mengangkat tabung berisi manusia saat berjalan di jalur non-banjir? Terlepas
dari itu semua Elon telah bekerja beberapa langkah jauh di depan daripada
sebagian besar manusia di bumi ini, termasuk saya, yang hanya bisa mamantau dari
internet dan mendoakan keberhasilannya. Terlebih saat terakhir dia
mengkonfirmasi di akun twitternya mengenai korespendensinya dengan penyelam bahwa
pembuatan kapsul tersebut karena penyelam meminta ‘please keep working on the capsule’. Good job Elon! And probably you’ll have interest to know more about speleology.
Kecelakaan ini
sesungguhnya membuat orang bertanya-tanya. Paling tidak saya pun merenunginya,
mengapa bisa terjadi dan salah siapa? Banyak yang menyalahkan sang pelatih,
Ekapol (25), karena mengajak anak-anak tersebut masuk gua saat cuaca buruk,
meski mereka masuk saat hujan belum turun. Namun melihat bahwa mereka memasuki
gua dengan perlengkapan seadanya: baju bola dan celana pendek, tanpa helm,
tanpa sepatu boot, mungkin hanya sedikit penerangan. Saya pun melihat mereka
hanya penduduk lokal yang sesekali memasuki gua untuk bermain dan tidak dibekali
pengetahuan tentang bahaya dan keselamatan diri sendiri. Pengetahuan mengenai
prosedur keselamatan menelusuri gua umumnya diketahui oleh para penelusur gua
yang mendapat akses informasi dari buku-buku atau petunjuk-petunjuk yang telah
disepakati secara global. Sehingga menjadi cukup dimengerti bahwa kesadaran dan
pengetahuan mereka, terutama pelatihnya, akan keselamatan masihlah kurang untuk
akhirnya terjadilah kejadian yang menjadi sorotan dunia. Namun setelah
kecelakaan terjadi yang harus diutamakan adalah keselamatan korban. Tidak ada
salah-menyalahkan sesiapa. Kerja tim penyelamat yang solid adalah kunci
keberhasilan penyelamatan ini. Terlebih lagi 12 anak-anak dan pelatihnya sangat
hebat dan kooperatif terutama dalam kondisi kritis 9 hari pertama setelah
mereka terjebak. Sehingga pada tanggal 10 Juli 2018, di hari 17 terjebaknya
mereka, seluruh negeri bersorak sorai atas berhasilnya misi penyelamatan The
Wild Boars. Sayapun, turut bersorak dalam hati saat melihat siaran langsung
dari salah satu saluran di Youtube setelah hari-hari yang cukup menegangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo sini dikomen dikomeen :)