Rabu, Juli 11

Tentang Thailand Cave Rescue


Euforia piala dunia 2018 sedang perlahan menuju klimaksnya ketika ada hal lain yang mengalihkan perhatian dunia: tragedi penyelamatan 12 anak laki-laki dan seorang pelatih yang terjebak dalam gua.

Awal mula mendengar berita 13 orang terjebak dalam gua dan kala itu mereka belum ditemukan, saya turut bersimpati. Mendengar 1000 orang lebih termasuk di dalamnya dari luar negara Thailand turut serta membantu dalam tim penyelamatan, saya cukup optimis. Saya masih tidak banyak mencari informasi mengenai kondisi gua, di mana letak gua, siapa yang terlibat, dan sebagainya. Saya hanya salut karena tim sudah bekerja keras saling membantu mencari 13 orang yang tentu saja belum diketahui apakah mereka selamat atau tidak. Hingga akhirnya muncul kabar bahwa tim telah ditemukan dalam kondisi bernafas, saya bahagia.

Tapi belum.

Suatu sore kabar gugurnya Saman Kunan, salah satu sukarelawan penyelam yang membantu menyuplai stok oksigen, menampar saya. Beberapa kenyataan semakin meningkatkan kekhawatiran saya. Bahwa hujan masih akan mengguyur area gua, bahwa oksigen di dalam chamber tempat 13 orang itu bertahan semakin menipis, bahwa diameter terkecil salah satu bagian lorong yang harus dilewati hanya 38 cm, bahwa penyelam yang telah berhasil menemukan penyintas butuh waktu 6 jam berangkat dan 5 jam pergi, bahwa sebagian dari anak-anak tsb. tidak bisa berenang sama sekali, dan bahwa kemungkinan terburuknya adalah chamber tempat mereka bertahan akan tertutup air sepenuhnya jika tidak segera keluar.

Yang pada awalnya pilihan menunggu selama 4 bulan hingga hujan benar-benar berhenti adalah pilihan paling aman, menjadi tidak relevan sama sekali sehingga pilihan terbaiknya adalah: anak-anak dan pelatihnya keluar gua dengan penyelaman yang beresiko tinggi.

My heart beats faster

Mengapa saya begitu terlarut dalam kisah ini?

Saya sendiri pernah melakukan kegiatan penelusuran gua. Meskipun rekor terlama saya berada di dalam gua hanya masuk jam 8 pagi keluar menjelang Isya, saya mencoba berimajinasi bagaimana rasanya berada di posisi anak-anak tersebut. Walau begitu tidak akan pernah ada yang merasakannya selain 13 orang tsb. Tidak ada yang mau kejadian ini terulang kembali bukan?. Terjebak banjir yang untungnya mereka berhasil menemukan area yang cukup tinggi. Saya mungkin, di posisi mereka, membayangkan ketika berhasil menempati tanah tinggi akan mencoba tenang dan berpikir positif bahwa air akan segera surut dalam waktu beberapa jam ke depan selayaknya ketika mereka masuk ke dalam gua. Tapi hari telah berganti dalam kegelapan, alat penerangan semakin redup, persediaan makanan habis, badan semakin lemas tanpa asupan makanan, waktu demi waktu terlalui tanpa kepastian. Buruk, buruk sekali . Saya kira salah satu faktor yang bisa menguatkan mereka adalah tetap berada dalam satu grup tanpa berkurang satu orangpun. Saling menenangkan, bahkan konon kabarnya sang pelatih mengajak bermeditasi untuk menyimpan tenaga.

Fakta bahwa kondisi pencarian yang begitu sulit, tidak hanya harus menelusur gua, tapi juga menyelam di dalam gua lalu cara apa lagi yang bisa ditempuh dalam misi penyelamatan kalau bukan memanggil tim ahlinya?. British Cave Rescue Council (BCRC) saya kira masuk dalam daftar utama tim yang dipastikan akan membantu banyak. Reputasi mereka dalam penyelamatan kecelakaan gua internasional sungguh baik. Terutama lagi kabarnya mereka memiliki penyelam gua terbaik sedunia. Meskipun dalam laman Facebooknya BCRA tidak menyebutkan nama penyelam gua tersebut demi menjaga privasi, media telah menyebarluaskan foto dan nama dua sosok penyelamat tersebut: Richard Stanton dan John Volanthen.

Cave diving adalah salah satu jenis kegiatan ekstrim yang paling mematikan di dunia. Resikonya sungguh tinggi. Kegiatan penelusuran gua sendiri cukup menantang dan berbahaya jika tidak dilakukan sesuai prosedur. Penyelaman juga membutuhkan keahlian khusus serta peralatan yang tidak sederhana. Lalu bayangkan dua olahraga itu digabung, caving & diving, butuh berkali-kali lipat keahlian, keterampilan, ketenangan, kelengkapan alat, stamina, dll. Harus pula melakukan latihan berkali-kali untuk akhirnya menguasai cave diving. Para penyelam yang sangat ahli di lautan pun belum tentu bisa melakukan cave diving.

Penemuan ketiga belas anak itu pertama kalinya oleh dua penyelam dari Inggris membuktikan bahwa masih ada harapan bahkan dalam kondisi yang sulit dan berbahaya sekalipun. Meskipun nyawa seorang Saman menjadi korban, kerja keras tim semakin solid. Semakin banyak tim internasional yang bergabung, semakin banyak dukungan dari penjuru dunia, semakin banyak doa dan harapan yang terpanjat, semakin meningkat pula harapan akan selamatnya para korban tanpa kurang suatu apapun.

Hal lainnya adalah, para penyintas adalah anggota klub bola Wild boars. Bertepatan dengan momen piala dunia membuat kejadian yang menimpa tim speak bola remaja ini semakin menjadi pusat perhatian. Tak terkecuali presiden FIFA dan para bintang sepak bola. Kejadian sini, selayaknya marvel, semacam mengumpulkan banyak universe untuk memberi dukungan. Universe dari caving, diving, sepak bola, dan yang lebih menyenangkan saya adalah bahwa semua orang jadi mendapat informasi mengenai penelusuran gua, kecelakaan gua, bahkan bagaimana melihat peta gua.

Ohya, tak terkecuali saya tuliskan di sini seorang Elon Musk, yang akun twitternya saya ikuti beberapa bulan lalu, juga menjadi bagian dari cerita penyelamatan. Usaha membuat kapsul-selam ukuran anak-anak patut diapresiasi meski pada akhirnya tim penyelamat tidak menggunakannya. Mungkin bisa berguna di kemudian hari, tapi sekali lagi tidak ada yang mau kejadian seperti ini terulang kan? Saya sendiri mendengar Mr. Musk dalam waktu singkat membantu mencari solusi dengan membuat kapsul tersebut sedikit mempertanyakan. Has he, or at least his team, ever done caving? Lalu mendengar bahwa Elon dan tim telah berdiskusi dengan tim penyelam membuat mereka menjadi lebih relevan untuk melanjutkan misinya. Meski dalam hati saya tetap bertanya-tanya, bagaimana dengan bebatuan tajam yang akan merusak tabungnya? bagaimana dengan tim penyelam yang harus mengeluarkan tenaga dua kali lipat mengangkat tabung berisi manusia saat berjalan di jalur non-banjir? Terlepas dari itu semua Elon telah bekerja beberapa langkah jauh di depan daripada sebagian besar manusia di bumi ini, termasuk saya, yang hanya bisa mamantau dari internet dan mendoakan keberhasilannya. Terlebih saat terakhir dia mengkonfirmasi di akun twitternya mengenai korespendensinya dengan penyelam bahwa pembuatan kapsul tersebut karena penyelam meminta ‘please keep working on the capsule’. Good job Elon! And probably you’ll have interest to know more about speleology.

Kecelakaan ini sesungguhnya membuat orang bertanya-tanya. Paling tidak saya pun merenunginya, mengapa bisa terjadi dan salah siapa? Banyak yang menyalahkan sang pelatih, Ekapol (25), karena mengajak anak-anak tersebut masuk gua saat cuaca buruk, meski mereka masuk saat hujan belum turun. Namun melihat bahwa mereka memasuki gua dengan perlengkapan seadanya: baju bola dan celana pendek, tanpa helm, tanpa sepatu boot, mungkin hanya sedikit penerangan. Saya pun melihat mereka hanya penduduk lokal yang sesekali memasuki gua untuk bermain dan tidak dibekali pengetahuan tentang bahaya dan keselamatan diri sendiri. Pengetahuan mengenai prosedur keselamatan menelusuri gua umumnya diketahui oleh para penelusur gua yang mendapat akses informasi dari buku-buku atau petunjuk-petunjuk yang telah disepakati secara global. Sehingga menjadi cukup dimengerti bahwa kesadaran dan pengetahuan mereka, terutama pelatihnya, akan keselamatan masihlah kurang untuk akhirnya terjadilah kejadian yang menjadi sorotan dunia. Namun setelah kecelakaan terjadi yang harus diutamakan adalah keselamatan korban. Tidak ada salah-menyalahkan sesiapa. Kerja tim penyelamat yang solid adalah kunci keberhasilan penyelamatan ini. Terlebih lagi 12 anak-anak dan pelatihnya sangat hebat dan kooperatif terutama dalam kondisi kritis 9 hari pertama setelah mereka terjebak. Sehingga pada tanggal 10 Juli 2018, di hari 17 terjebaknya mereka, seluruh negeri bersorak sorai atas berhasilnya misi penyelamatan The Wild Boars. Sayapun, turut bersorak dalam hati saat melihat siaran langsung dari salah satu saluran di Youtube setelah hari-hari yang cukup menegangkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)