Sabtu, Februari 18

jejaring sosial, eh (?)

Harusnya saya nulis sesuatu yang lebih berguna ketimbang kata kata aneh yang lebih tepat ditulis di twitter, ato facebook. oh tidak tidak, saya entah kenapa justru lebih enggan membuat dua account saya lebih berwarna. Di saat semua orang -mayoritas ding- telah menghabiskan belasan ribu tweets nya untuk berceloteh ria. Saya sampai saat ini pun belum mencapai angka 200 tweets. Bangga? enggak. Malu? ngapain amat. Dan kian saya mengingat pertama kalinya membuat account twitter tiga tahun lalu, kian saya merasa ketika itu hanya mengikuti arus pemuda pemudi yang mulai hidup di zaman internet. Saya menyebut ini  fenomena.Dan setiap orang tidak harus masuk dalam fenomena itu bukan? Toh saya juga masih meng-update-nya, dalam intensitas waktu yang lebih lama dari rata-rata anak muda Indonesia, apalagi dunia. Dengan kata lain, parameter ke-update-an saya dalam dunia per-twitter-an berada di bawah rata-rata. Dengan kata lain lagi, saya ketinggalan jaman (?)

Faktanya, dunia jejaring sosial menjadikan seseorang lebih terbuka akan hal-hal pribadinya. Segala keluh kesah bisa dengan mudah diungkapkan dan diketahui banyak orang. Meski itu cuma sekedar duh, capek nih, atau gue ngantuk dan celotehan-celotehan ringan lainnya. Saya lebih cenderung mengamati ketika sedang log in. Jujur saja terkadang merasa njuk ngopo? ketika melihat beberapa komentar yang ehm, tidak penting. Tapi itulah fenomena, takdir, dan tidak ada yang salah memang. Dan karena jejaring sosial itu pulalah segala macam hal bisa dibagi dengan semua orang. Manfaatnya juga banyak. Tidak saya pungkiri.
No offense yah everyone!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)