Jumat, Maret 2

Nano nano

Written at Wednesday, 29 February 2012

I’ve just came back from gramedia, menemani mbak monges who looked for a new novel but unfortunately it hasn’t been sold. So i read a book about aya kito (i’m not sure i write her name correctly). Oke sebenarnya saya ingin menulis segala tulisan yang bisa saya buat dalam bahasa inggris. But sometimes some words (because of my low ability in english) can not exspressed what i feel that time. So mungkin bakal setengah-setengah nulisnya.

Betapa tulisan bisa mempengaruhi dunia. Seorang aya, yang mengakhiri hidupnya dengan meninggalkan manfaat bahkan bagi orang-orang dengan jumlah yang tak pernah ia bayangkan sendiri. termasuk saya. Di gramed, saya menyempatan membaca buku ‘Last letter’ (atau apa ya tadi judulnya?) yang jelas itu mengenai surat-surat aya yang ditujukan kepada tiga orang sahabatnya.

Surat menyurat. Saya mendapatkan kesan tersendiri dengan membaca surat-surat tersebut. Banyak kesan yang ditimbulkan dengan komunikasi melalui tulisan. Kamu hanya bisa mendapatkan informasi dengan membaca, tanpa melihat maupun mendengar. Tapi itu sangat menakjubkan. Aya begitu senang mendapat surat balasan dari sahabat-sahabatnya, di tengah keadaannya yang kian hari kian memburuk. Dengan mendengar cerita sahabatnya mengenai kabar sekolah lewat tulisan, ia menanggapi dengan bahagia setiap kata yang dibaca meski hanya dengan membayangkan.

Sekarang teknologi begitu canggih, berkomunikasi sangat mudah dilakukan. Tanpa harus menunggu lama, orang pun mampu bertatap muka langsung meski dengan jarak yang saling berjauhan. Karena begitu mudah pula, tak ada ‘kesan’ menyenangkan yang didapat, itu menurutku. Apakah orang yang mendapat kabar dengan bertatap muka melalui webcam akan sebahagia orang yang hanya menerima surat, sebulan sekali? Apakah kesenangan itu memang akan berkurang seiring waktu yang bergeser? Teknologi yang bertambah?

*tiba-tiba ganti topik*

Tadi ada konser tiga artis: kotak, ari laso, citra skolastika. In case of celebrating engineering faculty’s birthday, there were some events held on my faculty. one of the events was inauguration our new library. And because of this pembangunan was sponsored by ‘ciggaret’ company who claim as Djarum education foundation, acara ini mendatangkan beberapa band for music performed. Pertunjukan that ‘good’ enough for engineering faculty because we’ve never got this before. Apalagi ini gratis dan held in front of engineering faculty headquarter office or we called it KPFT. KPFT where i through it every day. Where my friends and i come together for a serious meeting. Where i have a agama class.

But from those 3 bands, i watched nothing. Sama sekali. Padahal KPFT itu deket sedeket alis sama ujung hidung. Tinggal nongol sedikit. Tapi saya melewatkan ketiganya. I know i’m not big fan of those 3 bands. (Atau saya agak lebay karena nggak pernah liat konser).But if there is a free concert held on your faculty, and not much people come, and it was a damn close from my campus, and it was FREE, and you just let your feet melangkah sebentar just for seeing them. Who want to let it go?

Itu semua karena studio, Yang entah kenapa hari ini serasa spot jantung ketika pak ika datang. Dan kami sekelompok tidak ada yang benar-benar selesai mengerjakan tugas. But luckily beliau tidak mengecek satu persatu anak yang telah mengerjakan tugasnya. *lega*
Pak ika baru datang sekitar jam 3 sore. Padahal konsernya dimulai jam setengah empat. Andaipun pak ika datang lebih awal, pasti beliau akan meninggalkan kami lebih awal pula. But he did not. Beliau menyelesaikan asistensinya hingga betul-betul tepat jam 5. Dimana ketiga band telah selesai beraksi.

Jadi apalah mau dikata, pas ketemu fani, yana, salma who were walking into KPFT i said to them that the concert was over. “boteeek?” fani said. But that’s true fani, we’re not so lucky today. Jurusan kita tidak terlalu peduli dengan acara ini haha.
Finally i only could see the empty stage, and few people walked out from KPFT.

*wow baru sadar udah ngetik cukup banyak *

I’ts okay then, tadi sepanjang perjalanan dari gramedia ke kosan saya memikirkan banyak hal untuk akhirnya ditulis di sini. Tapi ini masih banyak yang ingin saya tulis. Yang mungkin pada akhirnya akan berujung kemalasan melanjutkan, seperti tulisan-tulisan sebelumnya.
Saya sbetulnya ingin menulis tentang hal lain. Random.

Mengapa saya naik gunung?

Kalo kata soe hok gie, “Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Kata saya, naik gunung itu hal yang keren, awalnya.

Tapi ternyata tidak sekedar keren. Saya menyesal karena hanya memilih alasan ‘keren’. Saya kira bener kata mas anton, humanity is not achievement, but humanity is a habit.

Kalo naik gunung hanya sekali dua kali, tidak akan merasakan makna yang lebih indah. Naik gunung akan semakin dekat dengan alam (alasan klise). Naik gunung akan melatihmu bertahan hidup.menyadari bahwa saya tidak memiliki apa-apa. Sederhana. (entah kenapa ingat Yu Sing)

Sederhana karena saya hanya perlu membawa hal-hal penting. Membawa bekal secukupnya. Dan punya kesempatan merenungkan segalanya dengan free. Tanpa ada teknologi, lalu lintas ramai, debu-debu jalan. Tanpa memikirkan ke’matchingan’ baju yang dipakai.

Yang terpenting, saya bisa mengamati manusia dengan lebih peka. Tersenyum ketika berpas-pasan dengan warga lokal. Yang selalu mereka balas dengan senyuman pula. Tidak ada orang jutek. Tidak ada mata tajam yang memandang ‘rendah’ saya, dan saya tidak akan pernah memandang mereka ‘rendah’.

Mungkin saya agak sok-sok an karena baru tiga kali naik gunung. Lebih tepatnya saya akan malu jika ada orang satub yang benar-benar membaca ini (saya harap tidak). Karena mereka pasti lebih berpengalaman dalam hal gunung-gunungan.

agaknya tulisan yang aneh untuk malam ini.

1 komentar:

ayo sini dikomen dikomeen :)