Sabtu, Februari 20

Meet Oreté

Suatu ketika pada masa tengah perkuliahan entah bagaimana saya mendapat sebuah link tentang sebuah artikel dari buzzfeed yang judulnya 10 Incredible Indonesian Bands You Should Listen to. Lalu saya membacanya dan tersebutlah 10 band indie asal Indonesia dengan sebuah lagu dari akun soundcloud yang disertakan dan bisa langsung didengarkan pada masing-masing list band tersebut.

Pada urutan ketiga, munculah band berikut:



Inilah perkenalan pertama saya dengan band yang bernama Aurette And The Polska Seeking Carnival (duh panjang betul ya namanya) yang biasa disingkat AATPSC, atau panggilannya Orete (nggak tau kenapa, mungkin dari kata Aurette jadi Orete). Sebelum saya ngomongin band-nya, saya mau menulis mengenai lagu yang saya dengarkan di artikelnya buzzfeed tersebut.

Saya langsung jatuh cinta dengan versi coverannya Postcard From Italy yang dinyanyikan mbak tea, vokalisnya AATPSC. Sebelumnya saya hanya mendengarkan beberapa lagu Beirut dan menikmatinya tanpa bisa menyanyikannya karena susah bo'. Mungkin karena yang nyanyi cowok dan bagian lagu Postcard From Italy ini bagi saya nadanya agak rendah jadi rada susah buat di sing along-in, emang nggak berbakat nyanyi banget kali ya hmm. Lalu muncul coveran lagunya yang dinyanyikan mbak-mbak. Dan yeah, bahagia, akhirnya saya bisa ikut nyanyi-nyanyi juga pake versinya AATPSC haha. Duh alasan yang absurd untuk menyukai sebuah lagu ya?

Terlepas dari itu, sebetulnya lirik lagunya juga sempat bikin saya terharu. Karena dicover sama cewek, maka pronoun she yang ada disitu diganti dengan he agar lebih sesuai dengan yang menyanyikannya. Just as like what covered song used to be. And somehow, dengan suara cantiknya mbak tea, dan segenap AATPSC yang main musiknya, this song simply touched my heart.

the times we had
oh, when the wind would blow with rain and snow
we're not all bad
we put our feet just where they had
had to go
never to go

the shattered soul
following close but nearly twice as slow
in my good times there were always golden rocks to throw
at those who
those who admit defeat to late
those were our times, those were our times

and i will love to see that day
that day is mine
when he will marry me outside
with the willow trees
and play the songs we made
they made me so
and i will love to see that day
his day was mine

Kemudian berlanjutlah perkenalan saya dengan band ini. Jadi AATPSC ini anggotanya adalah mahasiswa ISI jogja. Nggak heran lah ya kalo pada jago-jago main musiknya. Genrenya polka folk,, ya mirip-mirip Beirut gitu (sotoy). Mengusung tema-tema sirkus dan karnaval. Alat musiknya banyak seperti yang saya comot dari blognya: ada ukulele, accordion, mandolin, trumpet, trombone, clarinet, fagot, conga, perkusi, gitar, bass, drum dan mereka sering rempong sendiri buat pergantian alat musik di pergantian lagunya. Tapi saya nggak dong-dong banget ya kalo mau menjelaskan lebih lanjut haha. Yang penting asik buat di sing along-in deh.

Saya pertama kalinya nonton live mereka di akhir 2013, pada acara ketapel nada nya anak UNY. Sebetulnya tujuan utamanya adalah menonton Banda Neira, dan AATPSC waktu itu main sebelum Banda Neira. Well, nggak jauh beda sama yang saya dengar di soundcloud mereka. Venuenya cukup sederhana dengan panggung kecil dan penonton yang duduk lesehan di rerumputan. Berhubung saya bukan anak konser banget yang bisa mudah mengkritik acara jika venuenya kurang terlalu maksimal, saya cukup senang mendengarkan mereka bermain di panggung kecil yang bikin mereka berdesak-desakan dan sumuk.

Pada Januari 2014, band ini menyatakan pembubarannya di blog mereka. My heart was broken. Baru kenal eh masa udah bubar. Mereka mengaku punya kesibukan masing-masing dan tidak bisa melanjutkan AATPSC. Dan sekian. Saya kira begitu saja sudah. Senang bisa mendengarkan musik mereka dan selamat tinggal!

Sampai hampir 2 tahun kemudian, Desember 2015 mereka mengumumkan reuninya dengan panggung kecil-kecilan di cafe matchamu pogung. Hmm, jujur euforianya udah nggak seantusias dulu pas awal-awal dengerin hehe. Dan berhubung mainnya di Pogung, dimana itu wilayah kekuasaan saya sebagai anak Teknik UGM hahaha jadinya nontonlah saya. Venue kali ini lebih menarik, karena dipersiapkan khusus untuk mereka. Dengan dekorasi meriah ala-ala sirkus, panggung outdoor mereka pun unyu sekali. Tapi sayangnya acara disambut dengan hujan di waktu harusnya acara dimulai. Acara dimulai masih dengan gerimis yang bahkan tifak berhenti juga sampai akhir acara. Hmm, lumayan menambah kesyahduan.

Nggak sempet ambil foto, jadi ini nyolong aja:
Entrance venue (Courtesy: AATPSC)

Venue di Matchamu Cafe, karena hujan jadi ditambahin terpal di atasnya yang harusnya outdoor (Courtesy: Warningmagz)


In collaboration with Sisir Tanah. That rose on her head! (Courtesy: Warningmagz)


Saya pikir sudah cukup terobati kangennya melihat panggung reunian mereka. Karena bukan fans fanatik juga, pernah nonton sekali saja sudah cukup. Hanya mendengarkan soundcloudnya tanpa membeli albumnya juga cukup haha maafkan. Dan saya tidak berniat akan selalu menonton mereka setelah ini jika memang ada gigs-gigs yang menampilkan mereka. Kecuali memang jika ada banyak lagu barunya, bolehlah menyempatkan nonton lagi. 

Tapi... toh ternyata saya menonton mereka lagi hahaha. Yang mau ditonton bukan AATPSC nya sih, cuma waktu itu ada semacam resital atau lebih gampangnya pertunjukan tugas akhir sebagai syarat kelulusan buat mbak tea sebagai mahasiswi ISI. Saya penasaran bagaimana pendadaran versi anak musik ISI berlangsung, jadi lagi-lagi iseng deh nontonnya. Berhubung yang punya acara juga punya band, maka AATPSC juga ikut nampil di awal acara.

Kali ini indoor di IFI Jogja, dan lagi-lagi hujan deras mengguyur. Mungkin juga acaranya tidak terlalu digembar gemborkan (namanya juga cuma pendadaran), maka tersebutlah yang menonton, dari semua kursi penonton, hanya kurang dari 10% yang mengisi hahaha. Pas acaranya baru mulai, saya sempat menghitung hanya ada 20 penonton. Kayak kasihan gimana gitu sih. Tapi kan malah jadi terkesan eksklusif sebagai penonton, ea. Di menjelang pertunjukannya mbak tea, barulah mulai beberapa berdatangan. Termasuk dosen-dosen pengujinya. Saya sih kurang paham genre musik yang dimainin pas resital ini apaan, tapi yang jelas mbak tea ini dari jurusan etnomusikologi. Jadi ada campuran elektronik, gamelan, flute, accordeon, dan vokalnya mbak tea sendiri (masih sotoy). Keren banget pokoknya! Sayang nggak punya fotonya, malas ambil gambar sih haha, kamera ponselnya kurang bagus kalo gelap-gelap.

Yaudah sekian saja. Apapun rencana AATPSC kedepan, semoga selalu berkarya dan semoga saya juga selalu bisa menikmatinya. Bravo!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)