Jumat, Maret 22

berduka


                Saya masih dirundung duka atas musibah yang menimpa ketiga rekan kami di dunia caving. Dari ketiga rekan itu, salah satunya saya mengenalnya, Dian, dari Matalabiogama Faklutas Biologi UGM. Mereka sedang mengikuti acara nasional Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan (KDKL) Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (Hikespi) 2013. Acara yang sama yang saya ikuti tahun lalu.
                Saya merasa bersimpati dari semua hal yang terlibat. Keluarga korban, juga panitia yang menyelenggarakan. Karena saya pun turut menjadi simpatisan panitia karena status saya sebagai alumni KDKL tahun lalu. Rasanya baru kemarin hari sabtu minggu saya menjenguk ke Jomblang, Gunung Kidul dengan niat bantu-bantu, meski lebih sering gabut dan guling-guling saja di pendopo. Tapi setidaknya turut menceriakan suasana, dengan guyon-guyon ala manusia-manusia itu ber haha hihi. Rasanya semuanya masih berjalan normal ketika akhirnya saya dapat kabar pada hari selasa malam akan musibah yang menimpa mereka. Saya yang saat itu sudah kembali lagi ke Jogja, tepatnya di sekret ASC (Acintyacunyata Speleological Club) tengah mempersiapkan alat untuk latihan pada esok harinya. Tiba-tiba suasana berubah tegang karena kabar tersebut. Mendadak sekret rame karena ASC diminta potensi rescue nya oleh SARDA. Saya yang cuma anak baru di situ hanya turut membantu mempersiapkan alat rescue dan juga berdoa yang terbaik bagi rekan-rekan di Jomblang. Karena saat itu berita yang masuk masih tidak jelas, apakah hanya kecelakaan kecil atau bagaimana. Saya tidak berharap yang terburuk akan terjadi, toh mereka teman-teman saya juga.
                Pada akhirnya berita mengenai 3 orang meninggal pun dikonfirmasi kebenarannya pada sekitar pukul 2 dini hari. Sedikit lemas, karena mengenal salah seorang korban. Dan sedikit tidak percaya karena saya cukup dekat dengan dunia ini. Musibah yang cukup fatal :’(
                Untuk kronologi kejadian saya tidak berani menceritakannya karena saya sendiri hanya mendengar berita simpang siur. Yang jelas 3 rekan itu meninggal karena terguyur air bah yang masuk ke dalam gua. Air hujan yang menjadi bah itu menyebabkan mereka kesulitan bernafas dan lemas karena tidak kuat menahan tekanan ‘air terjun’ yang menimpa mereka. Hingga kini saya pun masih menunggu berita kronologi pasti dari teman-teman panitia.
                Kegiatan petualangan memang beresiko. Namun jadi tampak terlalu ‘besar’ dan ‘buruk’ karena media yang berlebihan dalam memberitakannya. Padahal tak sedikit pula orang mengalami musibah kecelakaan di jalan raya, dan orang masih tidak merasa takut dalam mengendarai motor di jalan raya.
                Peristiwa ini merupakan pembelajaran pribadi bagi saya. Dalam berkegiatan tidak seharusnya menyepelekan berbagai macam faktor. Harus lebih berhati-hati, dan Tuhan bersama orang-orang yang berani.

Yang berduka,
T.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)