Saya
masih dirundung duka atas musibah yang menimpa ketiga rekan kami di dunia
caving. Dari ketiga rekan itu, salah satunya saya mengenalnya, Dian, dari
Matalabiogama Faklutas Biologi UGM. Mereka sedang mengikuti acara nasional Kursus
Dasar dan Kursus Lanjutan (KDKL) Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia
(Hikespi) 2013. Acara yang sama yang saya ikuti tahun lalu.
Saya merasa
bersimpati dari semua hal yang terlibat. Keluarga korban, juga panitia yang
menyelenggarakan. Karena saya pun turut menjadi simpatisan panitia karena
status saya sebagai alumni KDKL tahun lalu. Rasanya baru kemarin hari sabtu
minggu saya menjenguk ke Jomblang, Gunung Kidul dengan niat bantu-bantu, meski
lebih sering gabut dan guling-guling saja di pendopo. Tapi setidaknya turut
menceriakan suasana, dengan guyon-guyon ala manusia-manusia itu ber haha hihi. Rasanya
semuanya masih berjalan normal ketika akhirnya saya dapat kabar pada hari
selasa malam akan musibah yang menimpa mereka. Saya yang saat itu sudah kembali
lagi ke Jogja, tepatnya di sekret ASC (Acintyacunyata Speleological Club)
tengah mempersiapkan alat untuk latihan pada esok harinya. Tiba-tiba suasana
berubah tegang karena kabar tersebut. Mendadak sekret rame karena ASC diminta
potensi rescue nya oleh SARDA. Saya yang cuma anak baru di situ hanya turut
membantu mempersiapkan alat rescue dan juga berdoa yang terbaik bagi
rekan-rekan di Jomblang. Karena saat itu berita yang masuk masih tidak jelas,
apakah hanya kecelakaan kecil atau bagaimana. Saya tidak berharap yang terburuk
akan terjadi, toh mereka teman-teman saya juga.
Pada akhirnya
berita mengenai 3 orang meninggal pun dikonfirmasi kebenarannya pada sekitar
pukul 2 dini hari. Sedikit lemas, karena mengenal salah seorang korban. Dan
sedikit tidak percaya karena saya cukup dekat dengan dunia ini. Musibah yang
cukup fatal :’(
Untuk kronologi
kejadian saya tidak berani menceritakannya karena saya sendiri hanya mendengar
berita simpang siur. Yang jelas 3 rekan itu meninggal karena terguyur air bah
yang masuk ke dalam gua. Air hujan yang menjadi bah itu menyebabkan mereka
kesulitan bernafas dan lemas karena tidak kuat menahan tekanan ‘air terjun’
yang menimpa mereka. Hingga kini saya pun masih menunggu berita kronologi pasti
dari teman-teman panitia.
Kegiatan
petualangan memang beresiko. Namun jadi tampak terlalu ‘besar’ dan ‘buruk’
karena media yang berlebihan dalam memberitakannya. Padahal tak sedikit pula
orang mengalami musibah kecelakaan di jalan raya, dan orang masih tidak merasa
takut dalam mengendarai motor di jalan raya.
Peristiwa
ini merupakan pembelajaran pribadi bagi saya. Dalam berkegiatan tidak
seharusnya menyepelekan berbagai macam faktor. Harus lebih berhati-hati, dan
Tuhan bersama orang-orang yang berani.
Yang berduka,
T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo sini dikomen dikomeen :)