Rabu, Oktober 28

Beauty Industry

Saya menyadari ketika akhirnya teman-teman wanita saya satu persatu mulai memperhatikan penampilannya hingga paling tidak mereka memiliki seperangkat alat make up yang minimalnya berisi krim pelembab, bedak, lipstik dan eyeliner, mungkin juga pensil alis. (alat kecantikan di luar wajah seperti body lotion dll tidak masuk hitungan).

Tidak mudah bagi saya untuk mengenali alat-alat kecantikan diatas level bedak dan parfum. Karena saya beranjak dewasa di lingkungan asrama muslim dari usia SMP hingga SMA yang tidak memiliki suatu urgensi untuk ber make up ria. Dan asrama juga menjauhkan saya dari mama saya yang cantik dan katanya sudah menggunakan lipstik sejak kuliah (semacam hilangnya panutan yang paling dekat). Hijab fashion pun belum masuk pada masa itu. Apalagi asrama memiliki aturan mengenai model hijab yang harus dipakai. Dulu setahu saya, orang dandan hanya jika ada acara khusus seperti pernikahan dan wisuda. Jadilah masa remaja saya yang pengetahuan standar kecantikannya cuma level kerudung mancung (jaman SMP) dan asal rapih dan bersih aja. Mungkin pada masa itu bagi remaja yang tidak berkerudung semacam rambut lurus panjang, poni miring, behel juga boleh, lalu senyum bibir tipis dan selfie dengan angle kamera dari atas. Ya, semacam itu yang saya lihat di foto profil Friendster orang-orang.

Lalu memasuki bangku kuliah, lingkungan saya pun diisi dengan teman-teman wanita yang sudah mulai aware dengan penampilannya. Memang sudah selayaknya wanita urban usia 20-an, make-up pun menjadi salah satu identitas dewasanya seseorang. Dan akhirnya saya punya teman dengan gaya rambut yang berbeda-beda, karena sebelumnya di asrama semua teman saya berhijab. Dan saya rasa, rambut panjang masih mendominasi klasemen pemilihan standar kecantikan. Meski ada beberapa yang mempertahankan style tertentu seperti rambut pendek cepak.

Lalu entah mungkin sekitar tahun 2011/2012 ke atas mulai ada beberapa hijaber yang merubah gaya hijabnya. Sedikit perubahan dari yang model biasa kerudung paris segiempat menjadi ada tambahan inner hijab / daleman kerudung yang terlihat. Sebelum akhirnya berkembang jadi lilit melilit kain , atau yang lebar ala model syar’i, dan sebagainya. Sepertinya pada tahun itu juga banyak bermunculan teman-teman muslim yang tadinya tidak berhijab menjadi berhijab. Subhanallah ya.. Bersamaan pula dengan awal mula populernya aplikasi instagram, dimana semua foto yang ditampilkan tampak begitu indah dan menarik. So pasti siapa sih yang nggak pengen terlihat cantik di instagram?

Tahun berikutnya, ketika hampir semua orang memiliki ponsel pintar dan sangat mudah mengakses instagram, ditambah dengan menjamurnya online shop, semua orang menjadi tahu fashion! Sangat mudah sekali untuk mengakses apapun: tutorial make-up, membeli baju secara online, referensi mode dari selebgram, Kabar baik untuk industri kecantikan.

Media memang berperan besar dalam hal ini. Misalnya iklan kosmetik. Oke iklan kosmetik mana sih yang modelnya nggak cantik? Jelas kecantikan para model iklan ini sangat mengiming-imingi dan menjanjikan bahwa hasil yang akan didapat akan terlihat seperti mereka. Padahal yang dasarnya udah cantik mah mau diotak-atik bagaimanapun tetap cantik. Jadi kadang mikir, ah ini emang orangnya aja udah cantik, mau pakai kosmetik merk ini itu sama aja, mau dia iklan baju, kerudung, detergen, juga sama aja. Ehehe, tapi ini mungkin sayanya aja yang terlalu skeptis. Bukan bermaksud bilang juga kalo yang tidak cantik nggak akan jadi cantik dengan make-up. Saya pribadi kadang takjub dengan kekuatan make-up yang sukses pada wajah orang-orang. Masih ingat kan kasus seorang wanita yang dituntut suaminya karena setelah menikah wajahnya menjadi berubah drastis ketika make-upnya dihapus? Luar biasa bukan..

Saya ambil salah satu contoh kasus, anggaplah si mawar (bukan nama sebenarnya) merasa tidak percaya diri karena teman-temannya kini mulai berdandan ketika beraktifitas. Mawar mulai mencari-cari tutorial make-up di internet, berbekal meminjam make up milik temannya, atau Mawar meminta temannya mengajari cara berdandan. Mawar yang merasa wajahnya tidak jelek-jelek amat, tetapi juga kurang cantik merasa takjub ketika sentuhan make-up mampu membuat wajahnya menjadi sangat cantik. Lalu teman mawar memuji yang juga dengan takjubnya, “Gilaa, cantik banget kamuu..”. Mawar merasa ia harus memilikinya sendiri. Ia pun mulai mengoleksi alat kosmetik pelan-pelan hingga lengkap dan cukup untuk membuatnya cantik ketika beraktifitas.

Percaya deh, dukungan dari teman dapat menambah 200% kepercayaan diri anda. And that’s what friends are for, right?

Juga kerasa banget kok ketika di Jogja banyak bermuculan klinik-klinik kecantikan yang baru. Yang beberapa waktu sempat mendominasi baliho-baliho jalanan. Tapi beneran deh, promosi klinik kecantikan ini memang nggak tanggung-tanggung, baliho selebar jalan kaliurang diisi wajah doang. Ini artinya pasar industri kecantikan mulai meluas. Banyak orang yang ingin tampil cantik dan menarik. Rela membayar lebih untuk menjelma ‘sempurna’.

Belum lagi di negara lain, Korea Selatan misalnya, yang trend cantiknya udah level operasi plastik. Ketika menurut mereka cantik adalah memiliki wajah kaukasian: hidung mancung dan mata lebar. Bagaimana mungkin akhirnya anak muda di sana memilih menyisihkan uangnya untuk bekal operasi plastik? Belakangan saya kepo in tentang operasi plastik di Korsel, dan takjub banget lihat gambar-gambar before-after nya orang-orang yang melakukan operasi.

Sejujurnya saya toh ikut senang ketika pasar kecantikan memberi dampak positif ke teman-teman. Beberapa yang akhirnya membuka bisnis jilbab, atau yang keahlian meriasnya telah merambah menjadi make-up artis,  dan teman-teman yang akhirnya jadi pinter dandan lalu menjadi percaya diri dan bahagia. Ada juga yang selalu tampak berapi-api mempromosikan produk kosmetik merk tertentu yang belakangan saya ketahui adalah bisnis sistem MLM. Hmm, ya ya..

Tapi rasanya kembali lagi ke definisi cantik itu apa sih?

Kalau menurut KBBI:
Cantik /can-tik/ 1 elok; molek (tentang wajah, muka perempuan); 2 indah dalam bentuk dan buatannya: meja ini – sekali; -- molek 1 sangat rupawan (tentang orang perempuan); 2 cantik (bagus) sekali (antara bentuk, rupa, dan lainnya tampak serasi);

Hmm, kalu berdasarkan kamus, cantik memang merujuk kearah fisik. Jadi sah-sah saja jika menilai kecantikan seseorang hanya berdasarkan fisik (wajah) nya saja. Meskipun menurut saya mengartikan cantik masihlah terlalu rumit. Terkadang saya terprovokasi slogan-slogan mengenai cantik yang sederhana saja. Tapi toh saya juga mengagumi orang-orang yang piawai menggunakan riasannya. Tergantung mood deh hehe. Yah, pada akhirnya penilaian cantik pun berdasarkan selera. Subjektif sekali bukan. 

Tenang saja, tulisan ini tidak diakhiri dengan kesimpulan bijak mengenai kecantikan yang apa adanya seperti “cantik dari dalam hati” atau ajakan “Cintailah tubuhmu apa adanya” dan semacamnya. Saya kira hal-hal semacam itu sudah banyak dijadikan topik tulisan, video, lagu, iklan. Atau yang bisa anda temukan pada artikel tipikal hipwe* : “10 tanda-tanda kalau kamu benar-benar cantik”!

Dan tulisan ini pun hanya secuil opini tentang fenomena kecantikan wajah. Hmm, saya jadi penasaran standar cantik 100 tahun lagi kayak apa ya?

The end

PS: Nih saya kasih bonus ketika pertama kalinya saya menggunakan make up,

pucat, dan menyedihkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)