Tidak mudah bagi
saya untuk mengenali alat-alat kecantikan diatas level bedak dan parfum. Karena
saya beranjak dewasa di lingkungan asrama muslim dari usia SMP hingga SMA yang
tidak memiliki suatu urgensi untuk ber make up ria. Dan asrama juga menjauhkan
saya dari mama saya yang cantik dan katanya sudah menggunakan lipstik sejak
kuliah (semacam hilangnya panutan yang paling dekat). Hijab fashion pun belum
masuk pada masa itu. Apalagi asrama memiliki aturan mengenai model hijab yang
harus dipakai. Dulu setahu saya, orang dandan hanya jika ada acara khusus
seperti pernikahan dan wisuda. Jadilah masa remaja saya yang pengetahuan
standar kecantikannya cuma level kerudung mancung (jaman SMP) dan asal rapih
dan bersih aja. Mungkin pada masa itu bagi remaja yang tidak berkerudung
semacam rambut lurus panjang, poni miring, behel juga boleh, lalu senyum bibir tipis
dan selfie dengan angle kamera dari atas. Ya, semacam itu yang saya lihat di
foto profil Friendster orang-orang.
Lalu memasuki
bangku kuliah, lingkungan saya pun diisi dengan teman-teman wanita yang sudah
mulai aware dengan penampilannya. Memang
sudah selayaknya wanita urban usia 20-an, make-up pun menjadi salah satu identitas dewasanya
seseorang. Dan akhirnya saya punya teman dengan gaya rambut yang berbeda-beda,
karena sebelumnya di asrama semua teman saya berhijab. Dan saya rasa, rambut
panjang masih mendominasi klasemen pemilihan standar kecantikan. Meski ada beberapa
yang mempertahankan style tertentu seperti rambut pendek cepak.
Lalu entah
mungkin sekitar tahun 2011/2012 ke atas mulai ada beberapa hijaber yang merubah gaya hijabnya. Sedikit
perubahan dari yang model biasa kerudung paris segiempat menjadi ada tambahan
inner hijab / daleman kerudung yang terlihat. Sebelum akhirnya berkembang jadi lilit melilit kain , atau yang lebar ala
model syar’i, dan sebagainya. Sepertinya pada tahun itu
juga banyak bermunculan teman-teman muslim yang tadinya tidak berhijab menjadi
berhijab. Subhanallah ya.. Bersamaan pula dengan awal mula populernya aplikasi instagram,
dimana semua foto yang ditampilkan tampak begitu indah dan menarik. So pasti
siapa sih yang nggak pengen terlihat cantik di instagram?
Tahun
berikutnya, ketika hampir semua orang memiliki ponsel pintar dan sangat mudah
mengakses instagram, ditambah dengan menjamurnya online shop, semua orang
menjadi tahu fashion! Sangat mudah sekali untuk mengakses apapun: tutorial make-up, membeli baju secara online, referensi mode dari selebgram, Kabar baik untuk industri kecantikan.
Media memang
berperan besar dalam hal ini. Misalnya iklan kosmetik. Oke iklan kosmetik mana
sih yang modelnya nggak cantik? Jelas kecantikan para model iklan ini sangat
mengiming-imingi dan menjanjikan bahwa hasil yang akan didapat akan terlihat
seperti mereka. Padahal yang dasarnya udah cantik mah mau diotak-atik bagaimanapun
tetap cantik. Jadi kadang mikir, ah ini emang orangnya aja udah cantik, mau pakai kosmetik merk ini itu
sama aja, mau dia iklan baju, kerudung, detergen, juga sama aja. Ehehe,
tapi ini mungkin sayanya aja yang terlalu skeptis. Bukan bermaksud bilang juga
kalo yang tidak cantik nggak akan jadi cantik dengan make-up. Saya pribadi
kadang takjub dengan kekuatan make-up yang sukses pada wajah orang-orang. Masih
ingat kan kasus seorang wanita yang dituntut suaminya karena setelah menikah
wajahnya menjadi berubah drastis ketika make-upnya dihapus? Luar biasa bukan..
Saya ambil salah
satu contoh kasus, anggaplah si mawar (bukan nama sebenarnya) merasa tidak
percaya diri karena teman-temannya kini mulai berdandan ketika beraktifitas.
Mawar mulai mencari-cari tutorial make-up di internet, berbekal meminjam make
up milik temannya, atau Mawar meminta temannya mengajari cara berdandan. Mawar
yang merasa wajahnya tidak jelek-jelek amat, tetapi juga kurang cantik merasa
takjub ketika sentuhan make-up mampu membuat wajahnya menjadi sangat cantik.
Lalu teman mawar memuji yang juga dengan takjubnya, “Gilaa, cantik banget kamuu..”. Mawar merasa ia harus memilikinya
sendiri. Ia pun mulai mengoleksi alat kosmetik pelan-pelan hingga lengkap dan
cukup untuk membuatnya cantik ketika beraktifitas.
Percaya deh, dukungan dari teman dapat menambah 200% kepercayaan diri anda.
And that’s what friends are for, right?
Juga kerasa banget kok ketika di Jogja banyak bermuculan klinik-klinik kecantikan yang baru. Yang beberapa waktu sempat mendominasi baliho-baliho jalanan. Tapi beneran deh, promosi klinik kecantikan ini memang nggak tanggung-tanggung, baliho selebar jalan kaliurang diisi wajah doang. Ini artinya pasar industri kecantikan mulai meluas. Banyak orang yang ingin tampil cantik dan menarik. Rela membayar lebih untuk menjelma ‘sempurna’.
Belum lagi di negara lain, Korea Selatan misalnya, yang trend cantiknya udah level operasi plastik. Ketika menurut mereka cantik adalah memiliki wajah kaukasian: hidung mancung dan mata lebar. Bagaimana mungkin akhirnya anak muda di sana memilih menyisihkan uangnya untuk bekal operasi plastik? Belakangan saya kepo in tentang operasi plastik di Korsel, dan takjub banget lihat gambar-gambar before-after nya orang-orang yang melakukan operasi.
Sejujurnya saya toh ikut senang ketika pasar kecantikan memberi dampak positif ke teman-teman. Beberapa yang akhirnya membuka bisnis jilbab, atau yang keahlian meriasnya telah merambah menjadi make-up artis, dan teman-teman yang akhirnya jadi pinter dandan lalu menjadi percaya diri dan bahagia. Ada juga yang selalu tampak berapi-api mempromosikan produk kosmetik merk tertentu yang belakangan saya ketahui adalah bisnis sistem MLM. Hmm, ya ya..
Tapi rasanya kembali lagi ke definisi cantik itu apa sih?
Kalau menurut KBBI:
Cantik /can-tik/
1 elok; molek (tentang wajah, muka perempuan); 2 indah dalam bentuk dan
buatannya: meja ini – sekali; --
molek 1 sangat rupawan (tentang orang perempuan); 2 cantik (bagus) sekali
(antara bentuk, rupa, dan lainnya tampak serasi);
Hmm, kalu berdasarkan kamus, cantik memang merujuk kearah fisik. Jadi
sah-sah saja jika menilai kecantikan seseorang hanya berdasarkan fisik (wajah)
nya saja. Meskipun menurut saya mengartikan cantik masihlah terlalu rumit. Terkadang saya terprovokasi slogan-slogan mengenai cantik yang sederhana saja. Tapi toh saya juga mengagumi orang-orang yang piawai menggunakan riasannya. Tergantung mood deh hehe. Yah, pada akhirnya penilaian cantik pun
berdasarkan selera. Subjektif sekali bukan.
Tenang saja,
tulisan ini tidak diakhiri dengan kesimpulan bijak mengenai kecantikan yang apa
adanya seperti “cantik dari dalam hati” atau ajakan “Cintailah tubuhmu apa
adanya” dan semacamnya. Saya kira hal-hal semacam itu sudah banyak dijadikan
topik tulisan, video, lagu, iklan. Atau
yang bisa anda temukan pada artikel tipikal hipwe* : “10 tanda-tanda kalau kamu benar-benar cantik”!
Dan tulisan ini pun hanya secuil opini tentang fenomena kecantikan wajah. Hmm, saya jadi penasaran standar cantik 100 tahun lagi kayak apa ya?
The end
PS: Nih saya
kasih bonus ketika pertama kalinya saya menggunakan make up,
pucat, dan menyedihkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo sini dikomen dikomeen :)