Kamis, November 10

Overcoming Fear: Sleep Paralyze, and How I Deal With It

Yang sering tindihan atau sleep paralyze mana suaranyaaaaa?

Saya mau cerita, penting nggak penting sih, tentang serba-serbi alam bawah sadar yang pernah saya alami. Ini mungkin kisah singkat saya dalam menangani masalah sleep paralyze atau yang disebut tindihan oleh orang lokal. Saya yakin ada banyak orang pernah mengalami sleep paralyze. Apa yang jika terjadi, otak atau pikiran akan merasa sadar padahal tubuh tidak bisa bergerak. Bagi anda yang tidak pernah mengalaminya, congratulation! karena ini sangat mengerikan. Sangat mengerikan sampai-sampai ketika mengalaminya saya seperti dekat dengan maut dan akan diambil nyawanya. Berlebihan ya? haha.

Sebutlah sejak SD saya mulai mengalami tindihan ini. Tidak ada yang bisa saya lakukan selain berusaha untuk bangun ketika sleep paralyze terjadi. Artinya saya harus melawan dengan bersusah payah menggerakkan tubuh saya yang notabene masih dalam keadaan off. Tidak mudah, bahkan menggerakkan satu jari saja beratnya minta ampun. Yang pernah mengalaminya pasti paham maksud saya. Nafas seolah tersengal. Ingin berteriak tapi tercekat di tenggorokan, kadang teriakan-teriakan tersebut hanya muncul sebagai suara aneh yang oleh orang disebut mengigau. Menjadi lebih buruk ketika saat kejadian saya berpikir yang aneh-aneh karena sungguh hal yang dipikirkan kala itu menjadi dilipatgandakan. Contohnya, ketika saya tindihan saya mulai berpikir mengenai suara-suara aneh di sekitar saya, dan suara-suara tersebut menjadi demikian nyata terdengar. Jadi jika saya memikirkan suara perempuan tertawa, maka suaranya akan jelas masuk ke telinga saya. Pikiran saya kala tindihan terjadi adalah saya nggak mau mati.

Sebagian orang mengaitkan peristiwa seperti tindihan ini dengan hal-hal mistis. Beruntung sejak dimulainya tindihan saya sudah bisa berpikir lebih rasional untuk mengaitkannya dengan hal-hal logis. Saya dahulu percaya peristiwa ini bisa dijelaskan secara medis meski tidak tahu apa tepatnya. Yang jelas, kondisi otak/syaraf dan tubuh yang tidak sinkron.

Bagaimanapun, selogis-logisnya saya waktu itu TETEP AJA NGERI setiap kali fase-fase tindihan datang. Meski tidak setiap hari, tapi relatif sering untuk kejadian yang tidak saya inginkan. Seringnya terjadi ketika saya memulai tidur malam saya. Kadang muncul di waktu-waktu saya merasa lelah. Bahkan waktu saya mengantuk dan tertidur dalam posisi duduk seusai menjalankan ibadah sholat. Satu dua kali ketika tidur di kelas masa SMP/SMA, haha.

Saya cerita bagian seremnya dulu ya. Ada masa-masa saya cukup lelah dan mulai mengaitkannya dengan hal yang nggak rasional. Sebagai catatan, indra yang sering terasa nyata ketika tindihan adalah pendengaran, lalu penglihatan, dan jika sedang sial, indra peraba pun bisa merasakannya! kenapa sial? karena siapa di dunia ini yang mau ada benda asing muncul dan tersentuh ketika kita bahkan tidak bisa menggerakkan tubuh dan tidak bisa berteriak minta tolong? Sebutlah saya sedang tidur siang di asrama ketika kelas satu. Entah kenapa saya mulai paham akan terjadi tindihan. Saya setengah sadar tanpa bisa bergerak, seperti biasa. Ada yang aneh ketika saya merasa bagian tangan kiri saya terasa sangat berat dan tertindih sesuatu. Saya bahkan tidak dapat menengok untuk melihatnya, namun terasa ada sesuatu yang asing. Saya tidak menyebutnya sosok karena tidak cukup besar untuk itu, tapi semakin saya memikirkan 'itu' adalah sebuah sosok, maka semakin tersirat bayang-bayang rambutnya! saya semakin kencang berdoa, karena tangan kiri saya sungguh merasakan tertindih sesuatu. Entah bagaimana saya berhasil bangun dan turun dari kasur tingkat (posisi kasur saya di atas) lalu langsung keluar kamar dan menangis! teman-teman kamar saya tidak ada di kamar waktu itu. Yang saya heran proses saya berdamai dengan ketakutan tersebut bisa begitu cepat. Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menjadi normal kembali dan beraktifitas seperti biasa. Mungkin saking seringnya ya?

Saya ambil dua peristiwa lagi ya yang cukup berkesan. Flashback ke masa SMP yang juga di asrama. Saya sekamar dengan tiga teman saya. Ketika sudah waktunya tidur kami berempat tertib mengenai waktu tidur, sekitar jam 10 malam. Kala itu saya punya kebiasaan aneh menutup mata dengan bantal jika saya menginginkannya. Mungkin juga semacam perlindungan diri agar tidak melihat apapun ketika tindihan. Setelah meletakkan bantal di muka, saya mulai terlelap dan mungkin telah melewati beberapa fase mimpi. Lalu mulailah tindihannya, dimulai dengan suara pintu yang perlahan terbuka (you know how terrible that sound is!). Sayangnya, posisi kasur saya menghadap ke arah pintu, sehingga tubuh saya membujur ke arah pintu dan tidak ada halangan bagi saya untuk memandang langsung ke arah pintu. Babak berikutnya adalah ada sosok yang mengintip. Mari mulai kisah horornya, sosok itu tampak menggunakan mukena selayaknya mukena yang kami gunakan ke masjid. Bisa saja saya berpikir itu pembimbing asrama yang sedang mengecek. Namun saja saya langsung tahu dia bukan mbak-mbak yang saya kenal karena dia seperti menggunakan bedak tebal putih di mukanya. Lalu saya teringat, perasaan tadi saya menaruh bantal di muka saya, seharusnya saya tidak melihat apa-apa kan? Lalu momen itu seperti beku sekian lamanya, kalo boleh bilang, terasa berjam-jam. Saya tidak melakukan hal lain selain berdoa dan berusaha sekuat tenaga untuk bergerak, sementara mbak-mbak asing itu mengintip saya melalui pintu yang setengah terbuka. What the f. Lalu beberapa saat kemudian saya berhasil bangun hanya untuk melihat, saya baru saja tertidur selama 15 menit! dan bantal masih menutup muka saya. Saya masih harus melalui malam yang panjang sebelum hari menjadi normal kembali. Tanpa pikir panjang, saya memutuskan tidur bersebelahan satu kasur dengan teman saya tanpa membangunkannya, karena saya begitu tidak ingin mengganggunya. Barulah pagi harinya saya cerita karena keheranannya menemukan saya di sampingnya.

Oke, satu kisah lagi. Saya sudah kuliah, dan tindihan masih menjadi teman akrab saya. Waktu itu dalam rangka menjadi anggota organisasi pecinta alam, saya bersama teman satu angkatan melakukan perjalanan panjang ke Sulawesi Selatan. Pada malam pertama kedatangan di Makassar, kami menginap di rumah kerabat senior. Saya yakin kejadian kali ini disebabkan karena kelelahan yang sangat karena siangnya mobilitas kami begitu luar biasa. Kami tidur beramai-ramai dalam ruang tengah, berjejer seperti pindang. Kanan kiri saya teman-teman perempuan saya yang langsung tertidur lelap. Beberapa orang masih mengobrol di ruang tamu. Saya langsung tahu saya belum masuk ke alam mimpi yang indah ketika terlihat sosok gelap, seperti bayangan, di depan saya. Tiba-tiba dia mulai mengeluarkan tangannya ke arah saya. Seolah-olah mau mengambil sesuatu. Sudah pasti saya tidak mau 'diajak' sosok terebut, dan saya berusaha teriak sekencang yang saya bisa. Teriakan saya rupanya betul-betul keluar sehingga terdengar teman-teman yang masih mengobrol. Saya teriak 'Jangan!' (jangan diambil). Saya langsung terbangun dan beberapa yang mendengar menanyakan saya. Teman sebelah pun ikutan terbangun dan menenangkan saya. Saya menahan tangis sepanjang malam, hehe, hingga akhirnya benar-benar tertidur. Paginya, igauan saya cukup menjadi lelucon. Semua maklum karena kami banyak memforsir tenaga sebelumnya, mimpi buruk saya adalah salah satu dampaknya. Mungkin teman-teman saya sudah melupakannya, namun sampai sekarang masih teringat jelas di benak saya.

Menurut teman saya, peristiwa semacam tindihan ini disebabkan oleh keadaan-keadaan di dunia nyata yang cukup menekan saya. Ketika alam sadar saya tidak terlalu meresponnya dan cenderung menyembunyikan dampak-dampak tekanan hidup inilah yang akhirnya muncul di dalam alam bawah sadar saya. Sehingga terjadilah momen-momen tindihan. Entah harus membenarkan atau tidak, karena alam sadar saya sendiri masih merasa baik-baik saja. Bisa saja benar karena mungkin saya langsung menyembunyikannya ke alam bawah sadar tanpa bisa saya sadari? Ah tidak tahulah..

Cukup terbayang kan, bagaimana saya harus berurusan dengan mimpi buruk yang terasa nyata selama bertahun-tahun? Hingga akhirnya saya terdampar di forum kaskus pada pertengahan kuliah, sekitar akhir tahun 2012, mungkin?

Harusnya saya bisa mencari tahu secara dalam mengenai fenomena sleep paralyze ini lebih awal lagi. Berhubung saya tidak terlalu update masalah dunia maya, di mana kaskus sudah ngetrend bertahun-tahun sebelumnya, saya hanya kebetulan saja mencet link ke forum kaskus tersebut. Saya tidak memiliki akun kaskus dan hanya menjadi silent reader, namun saya menemukan banyak informasi mengenai apa yang disebut Lucid Dream. Membacanya saja seperti membaca modul kuliah. Penjelasan lengkap beserta metode-metode yang saya juga nggak baca semuanya. Yang jelas, sleep paralyze ini masuk ke dalam penjelasan logis mengenai fase-fase tertentu yang harus dihadapi otak menjelang tertidur. Oke penjelasannya sudah banyak tersebar di mana-mana. Intinya, saya dapat satu kunci bahwa ketika sleep paralyze terjadi yang harus dilakukan adalah rileks dan tidak melawan. Awalnya saya pikir bagaimana mungkin? bisa-bisa kebablasan? namun akhirnya saya mau mecobanya ketika tindihan berikutnya terjadi.

Yang mengejutkan, metode ini berhasil!
Dalam penjelasan, disebutkan bahwa sleep paralyze adalah salah satu cara untuk memasuki lucid dream, di mana ketika bermimpi seseorang akan menyadari bahwa ia sedang bermimpi. Hebatnya ia bisa melakukan kontrol atas mimpi tersebut. Ketika ingin merasakan terbang, atau berjalan-jalan di awan, dan hal-hal menakjubkan lainnya yang tidak akan pernah terjadi di dunia nyata dapat terjadi ketika lucid dream. How awesome is that?

Saya sendiri sudah merasa puas dengan metode rileks dan tidak melawan ketika sleep paralyze terjadi. Karena hanya itu yang selama ini saya butuhkan, bagaimana saya tidak perlu merasa resah akan datangnya momen buruk dalam tidur-tidur saya. Saya simpulkan saya telah sembuh dari tindihan, meski tidak sepenuhnya. (Tetap merasa ngeri ketika merasakan sensasi menyeramkan dalam kepasrahan, halah)

Mengenai lucid dream, ini bonus bagi saya. Beberapa anggota forum kaskus begitu rajin mempraktikkan lucid dream tersebut. Saya baru benar-benar merasakannya ketika dalam tindihan berikutnya saya berniat untuk masuk ke dalam lucid dream. Saya tidak akan cerita detail karena tampaknya tulisan ini mulai bertele-tele nantinya, haha. Lalu ketika fase Sleep Paralyze terlalui saya memulai mimpi sadar saya dengan melihat telapak tangan saya sendiri dan secara ajaib (kok ajaib sih, memangnya sulap?) kesadaran dalam mimpi saya menjadi tahan lama. Metode lainnya adalah dengan menutup hidung dan menyadari saya masih bisa bernafas. Sensasinya kocak aneh. Yang membuat bahagia, ketika saya akhirnya berhasil mencoba terbang. Sesungguhnya masih bisa dihitung jari pengalaman lucid dream saya. Tidak terlalu memiliki obsesi menjadi lucid dreamer juga sih. Tetapi setidaknya saya bisa memanfaatkan hal yang menakutkan untuk sesuatu yang memungkinkan untuk menjadi hal yang menyenangkan. Lalu apakah saya masih sering tindihan? jawabannya: tidak sesering dahulu. Jika yang dikatakan teman saya mengenai tekanan dalam hidup itu benar, apakah artinya saya mulai tidak tertekan? semoga saja demikian, hehe..

Ah, ada satu yang lupa saya ceritakan. Bagaimana ternyata ibu saya sendiri pun mengalami peristiwa sleep paralyze yang lebih ekstrim dari apa yang saya alami. Tapi saya tidak ingin menakut-nakuti diri saya karena sudah tengah malam. Sekian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo sini dikomen dikomeen :)